Titis Hujan...








TitisTitis hujan memandangku.
Dengan alunan denting mesra, aku tahu maknanya.
Dingin salju memelukku, beku.
Hingga ke urat biru, ku terasa kerasnya.
SayuSayu dalam dimensi jiwa yang bersegi,
aku terdengar kamu membisik lembut ke rongga atma.
Ahhh..
Nyaman membalutku, melupakan cengkam beku si bayu.

Kamu.
DuaPuluhDua bulan tekad menunggu.
Walau aku bosan terkaku di pinggiran tasik sendu.
Kamu tetap di situ.

Pergi!

Pernah setahun lalu aku sergah leluhur suci kamu.
Ku halau tak berlagu.
Ku biar tangis itu sayu.

Arghhh! Bodoh aku saat itu.
Depan mata sudah menunggu.
Yang kabur juga aku kejar laju.

Sengal!

Memang aku sangat kelabu tika itu.
Mujur, dia tabah tunggu.

TerimaKasih untuk 720 Juta kali itu .
Yang tak pernah buat aku jemu. :)

Ahhh...
Dingin itu datang lagi.
Kali ini bukan dengan beku,
tapi dengan merdu yang menghangat bahu.
Sambil titis hujan seakan mendayuDayu.


*Gila! MalamMalam berlagu puisi pula! HAHA! (imysm)